6.05.2010

Higiene Perusahaan

setelah sekian lama gak menulis di blog akhir sekarang bisa the nulisnya...

Btw kali ini saya hanya ingin membagikan sedikit informasi tentang kesehatan lingkungan di tempat kerja.

Kesehatan Lingkungan biasanya di sebut juga higiene perusahaan. Higiene perusahaan merupakan salah satu faktor pendukung umtuk meningkatkan produktivitas suatu perusahaan. Mana mungkin para pekerja bisa bekerja secara maksimal jika lingkungan di mana di bekerja tidak mendukung, maksud pekerja tersebut merasa terganggu dengan keadaan lingkungan di sekitarnya.

Di bawah ini saya cantumkan sebuah makalah yang telah saya buat. makalah tersebut tentang Higiene Perusahaan.

Mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat buat teman-teman yang membutuhkan informasi tentang Higiene Perusahaan.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan industri dewasa ini telah memberikan dampak positif bagi kekuatan ekonomi nasional yang ditandai dengan terus bertambahnya berbagai jenis industridengan berbagai macam produksinya. Kondisi ini secara otomatis membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan bagi para tenaga kerja dan keluarganya.
Sampai saat ini, jumlah angkatan kerja yang bekerjapada sektor-sektor industri baik industri pemerintah maupun swasta, sektor formal maupun informal, semakin bertambah seiring dengan perkembangan proses industrialisasi.
Akibat perkembangan industrialisasi, maka diperkirakan kedepan akan terdapat dua wilayah pola penyakit di Indonesia yang dapat mengenai tenaga kerja, yaitu penyakit infeksi yang memang akan terus ada dan penyakit non infeksiyang disebabkan oleh non-living organisme atau non-living contaminants seperti zat-zat kimia, debu, panas,logam-logam berat, tekanan mental, perilaku hidup tidak sehat, dan lain-lain.
Beberapa jenis penyakit non infeksi sebagai salah satu dampak industrialisasi antara lain : pneumokoniosis, penyakit kanker, penyakit kardiovaskuler, keracunan zat-zat kimia/logam berat, ketulian akibat bising, kecelakaan akibat kerja dan lain-lain. Semua dampak tersebut di atas dengan mudah dapat terjadi apabila upaya-upaya perlindungan terhadap tenaga kerja dan pembinaan/pengawasan lingkungan kerja tidak mendapatperhatian.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Lingkungan Kerja?
2. Apa saja Faktor-Faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja?
3. Bagaimana Lingkungan kerja yang ada di tempat kerja?
4. Bagaimana perbedaan batasan antara higiene pers. & ilmu kesehatan kerja dengan ilmu kesmas?
5. Bagaimana hubungan antara pekerja, lingkungan kerja dan Penyakit akibat kerja?
6. Apa saja upaya pengendalian kesehatan lingkungan kerja?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi lingkungan kerja.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja.
3. Untuk mengetahui lingkungan kerja seperti apa yang ada di tempat kerja
4. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan batasan antara higiene perusahaan dan ilmu kesehatan masyarakat dengan ilmu kesmas.
5. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pekerja, lingkungan kerja, dan penyakit akibat kerja.
6. Untuk mengetahui bagaimana upaya pengendalian yang dilakukan pada kesehatan lingkungan kerja.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Lingkungan Kerja
Pembangunan dan pengembangan memerlukan perubahan yang dinamis yang diharapkan berdampak positif. Salah satu aspek dalam mendukung pembangunan adalah terciptanya lingkungan kerja yang kondusif, dimana lingkungan kerja yang kondusif ialah faktor-faktor diluar manusia baik fisik maupun non fisikdalam suatu organisasi yang diharpakan membawa pengaruh bagi pembangunan.
Lingkungan kerja memiliki beberapa definisi yang dikemukan oleh beberpa pakar, diantaranya yaitu ;
 Suma’mur (1986)
Menurutnya pembentukan lingkungan kerja yang terkait dengan kemampuan manusia dan produktivitas kerja di pengaruhi oleh faktor fisik, kimia, biologis, fisiologis, mental dan sosial ekonomi.
 Nitisemito (1996)
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang di bebankan.
 Sihombing (2001)
Lingkungan kerja adalah faktor-faktor diluar manusia baik fisik maupun non fisik dalam suatu organisasi.

Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan salah satu hal yang penting untuk mendukung jalannya proses pencapaian tujuan perusahaan. Jika keadaan lingkungan kerja di sekitar karyawan kurang baik maka hal tersebut akan membuat karyawan tidak dapat melaksanakan segala pekerjaannya secara optimal.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja di tempat kerja, yaitu;
1. Pewarnaan
Warna ruang atau kantor yang serasi dapat meningkatkan produksi, meningkatkan moral kerja, dan menurunkan terjadinya kesalahan kerja, misalnya sebagai contoh, warna dinding yang putih dapat merefleksikan ruang kerja yang lebih terang dan cocok untuk ruangan yang sempit, sehingga ruangan tersebut dirasakan seolah-olah menjadi lebih luas.
Menurut Sedarmayanti, menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang perasan amnusia.
Di bawah ini terdapat daftar beberapa warna yang dapat mempengaruhi perasaan manusia.
warna Sifat Pengaruh Untuk Ruang/Kerja
1. Merah Dinamis, Merangsang dan Panas Menimbulkan semangat kerja Pekerjaan sepintas (singkat)
2. Kuning Keanggunan, bebas dan hangat Menimbulkan rasa gembira dan merangsang urat syaraf mata Gang-gang jalan, Lorong
3. Biru Tenang, tentram dan Sejuk Mengurangi tekanan atau Ketegangan Berfikir, Konsentrasi

Selain warna merangsang emosi atau perasaan, warna dapat memantulkan sinar yang diterimanya. Banyak atau sedikitnya pantulan dari cahaya tergantung dari macam warna itu sendiri.
Sebenarnya maslah pewarnaan tidak hanya pada pewarnaan dindingnya saja melainkan lebih luas lagi misalnya pewarnaan mesin-mesin, pewarnaan peralatan, bahkan pewarnaan seragam kerja juga perlu diperhatikan. Warna juga mempunyai efek pada keadaan psikologis seorang pekerja, yakni dapat memotivasi karyawan dalam bekerja, itulah sebabnya pemakaian warna perlu disesuaikan dengan jenis pekerjaannya.
2. Penerangan
Penerangan memiliki manfaat yang sangat besar bagi karyawan yaitu untuk proses kelancaran kerja, karena penerangan (cahaya) yang kurang cukup terang dapat mengganggu penglihatankaryawan manjadi tidak jelas pada saat bekerja. Sehingga pekerjaan mereka akan menjadi terhambat, banyak mengalami kesalahan, serta menjadi kurang efisien di dalam melaksanakan dan menjalankan pekerjaan-pekerjaan tersebut dan pada akhirnya tujuan perusahaan yang diharapkan akan sulit untuk dicapai. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang cukup terang dan tidak menyilaukan mata.
Pada dasarnya, penerangan (cahaya) dapat diperoleh berdasarkan ;
a. Cahaya alam yang berasal dari sinar matahari,
b. Cahaya buatan berupa lampu.
3. Kebisingan
Kebisingan yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Maksud tidak dikehendaki di sini yaitu karena dengan adanya kebisingan maka konsentrasi dalam bekerja akan terganggu, sehingga pekerjaan yang dilakukan akan mengalami banyak kesalahan atau rusak.
Dengan demikian dalam jangka waktu yang panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dapat terjadi kesalahan dalam berkomunikasi dan akan berpengaruh pada emosi karyawan yang bila tidak diantisipasi maka akan timbul stres kerja. Dalam melakukan pekerjaan sangat dibutuhkan konsentrasi, maka sebaiknya ruang kerja dihindarkan dari segala sesuatu yang dapat menimbulkan kebisingan. Sumber kebisngan dapa berasal dari dalam kantor/industri maupun dari luar kantor.
4. Kebersihan
Kebersihan lingkungan kerja sangat perlu diperhatikan, karena lingkungan kerja yang bersih akan menimbulkan rasa nyaman dan semangat kerja yang tinggi bagi karyawan. Suatu perusahaan yang baik akan memperhatikan hal ini, karena ketika karyawan sedang bekerja dan membutuhkan konsentrasi tinggi, akan sangat sulit jika keadaan ruangan kerja kotor atau berantakan. Oleh karena itu perlu diperhatikan kebersihan dalam lingkungan kerja,
5. Pertukaran Udara
Pertukaran udara yang baik akan menyehatkan badan dan menimbulkan kesegaran, sehingga dapat menimbulkan semangat kerja seseorang.
Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
6. Bau-Bauan
Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, dan bau-bauan yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang menggannggu di sekitar tempat kerja.
7. Temperatur
Menurut hasil penelitian,untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi pengaruh yang berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap pegawai karena kemampuan beradaptasi tiap pegawai berbeda.
Temperatur dan kelembaban dapat mempengaruhi semangat kerja, kondisi fisik dan emosi. Temperatur antara 730F- 770F cocok untuk ruang kerja dengan kelembaban antara 25% hingga 50%. Temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat mempengaruhi kondisi fisik dan emosi karyawan.
8. Musik
Penggunaan musik pada jam kerja ternyata berpengaruh positif terhadap semangat kerja dan peningkatan produksi. Bahkan penggunaan musik pun dapat menurunkan tingkat absensi dan mengurangi kelelahan dalam bekerja. Keefektifan musik yang digunakan dalam jam kerja, bergantung pada jenis musik yang dimainkan. Oleh karena itu, penggunaan musik kerja perlu disesuaikan dengan kesukaan karyawan dan kondisi ruang kerja.

2.3 Lingkungan Kerja di Tempat kerja
Lingkungan kerja yang sering ditemukan ditempat kerja adalah;
 Lingkungan Fisik ; suhu,ekosistem tekanan udara, noise, penerangan, getaran, dan radiasi
 Lingkungan Kimia ; Debu, uap, gas, larutan kimia, fume, mist/kabut, awan, dsb.
 Lingkungan Biologi ; virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing, serangga, dll.
 Lingkungan Fisiologis ; Kesalahan kontruksi, tataletak mesin, sikap badan yang kurang baik sehingga menyebabkan kelelahan atau kecelakaan kerja
 Lingkungan Mental psikologis : kondisi yang membosankan, hubungan kerja yang tidak baik sehingga menimbulkan gangguan psikis (gangguan emosional, batin, atau neorosis), faktor kepemimpinan yang tidak baik, kondisi materil dan psikologis kerja yang kurang baik, lingkungan sosial yang tidak baik, (kurang baiknya hubungan antara atasan dengan bawahan, atau kurang baiknya hubungan sesama tenaga kerja).
Lingkungan tersebut di atas dapat menjadi Hazardous atau sumber bahaya yang mengakibatkan penyakit akibat kerja serta kecelakaan di tempat kerja. Pekerjaan atau lingkungan kerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, hal ini baru dpat dicegah dan ditingkatkan bila upaya kesehatan lingkungan kerja/higiene perusahaan dapat diintensifkan di dalam tempat kerja.

2.4 Perbedaan Batasan Antara Higiene Perusahaan dan Ilmu Kesehatan Kerja Dengan ilmu Kesmas
Higiene perusahaan dan kesehatan kerja sebagai satu kesatuan spesialisasi dalam ilmu kesehatan masyarakat. Ilmu kesehatan kerja merupakan ilmu yang sangat luas sehingga berbagai keahlian dari berbagai aspek pengetahuan terlibat di dalamnya.
Kerjasama yang erat dalam berbagai disiplin tersebut merupakan hal yang penting. Namun demikian perlu diketahui bahwa kesehatan kerja merupakan cabang dalam ilmu kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk masyarakat pekerja. Antara kesehatan masyarakat dan kesehatan kerja terdapat kesamaan yaitu, keduanya mempelajari masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan manusia serta lingkungan fisik, biologi, kimia dan sosial secara umum. Namun perbedaannya terletak pada kesehatan kerja mempelajari manusia dalam hubungannya dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik fisik maupun mental, sedangkan kesehatan masyarakat mempelajari manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya di luar tempat kerja, serta mempelajari semua faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan, metode kerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja, yang mungkin dapat menyebabkan penyakit kecelakaan atau gangguan kesehatan lainnyan, misalnay bahaya-bahaya kimia dan fisik seperti infeksi dari debu, uap asam, gas-gas yang terhirup, penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bahan-bahan perangsang, kesakitan akibat bising, silikasi akibat terhirup dan tersiram bahaya debu silika bebas (SiO2) dalam paru-paru, kecelakaan akibat kerja yang terlalu lama dan lain-lain.
Secara garis besar perbedaan antara ilmi higiene perusahaan dan kesehatan kerja dengan ilmu kesehatan masyarakat adalah :
Higiene Perusahaan& Kesehatan Kerja Ilmu Kesehatan Masyarakat
• Kesehatan Masyarakat tenaga kerja merupakan tujuan utama
• Yang diurusi biasanya tenaga kerja yang mudah didekati
• Ditandai dengan sangat efektifnya pemeriksaan kesehatan (Pemeriksaan kesehatan awal, berkala, & khusus)
• Yang dihadapi adalah lingkungan kerja sebagi sumber bahaya
• Terutama berujuan peningkatan produktivitas
• Dibiayai oleh perusahaan atau masyarakat tenaga kerja
• Perkembangan sangat pesat sesudah revolusi industri
• Perundang-undangan berada dalam ruang lingkup ketenagakerjaan • Kesehatan Masyarakat sebagai sasaran utama
• Mengurusi masyarakat yang kurang mudah didekati
• Sulit melaksanakan pemeriksaan kesehatan
• Lingkungan umum merupaka suatu problema pokok
• Tujuan utamanya adalah kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sedangkan aspek produktivitas hanya menonjol apabila terjadi wabah
• Perkembangan sangat cepat setelah kemajuan di bidang ilmu jasad-jasad renik
• Perundang-undangan termasuk dalam ilmu kesehatan.

Perlu diingat pula bahwa gangguan kesehatan pada manusia dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan dari masyarakat pekerja tidak hanya dipengaruhi oleh bahaya-bahaya kesehatan di tempat kerja, tetapi juga oleh faktor gaya hidup (life style) seperti merokok, gizi, faktor genetik, dan lain-lain.
Hubungan dan interaksi antara faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada diagram berikut ini :


2.5 Hubungan Antara Pekerja, Lingkungan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja.
Penyakit akibat yang berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemaparan terhadap lingkungan kerja. Walaupun bahaya dari faktor-faktor atau agen-agen lingkungan tertentu sudah diketahui sejak berabad-abad yang lalu, namun masih banyak pula yang belum dapat sepenuhya dikendalikan di tempat kerja sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia, upaya-upaya untuk melakukan evaluasi dan pengendalian di tempat kerja, termasuk bahaya-bahaya kerja yang efeknya sudah jelas diketahui sering kali kurang dapat perhatian.
Deasa ini terdapat kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk mencegah, dan juga masih terdapat pendapat yang sesat bahwa dengan mendiagnosis secara benar penyakit-penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja, sudah membuat situasi terkendalikan. Walaupun merupakan langkah yang penting namun hal ini bukan memecahkan masalah yang sebenarnya. Pendekatan tersebut tetap membiarkan linkungan kerja tidak berubah, dengan demikian kondisi untuk menimbulkan gangguan kesehatan yang tidak diinginkan juga tidak berubah.
Hanya dengan diagnosis dan pengobatan atau penyembuhan dari lingkungan kerja yang ada dalam hal ini disetarakan berturut-turut dengan pengenalan/evaluasi dan pengendalian efektif dari bahaya-bahaya kesehatan yang ada, dapat membuat lingkungan kerja yang sebelumnya tidak sehat menjadi sehat.
Interaksi antara manusia pekerja dan lingkungan kerjanya tersebut di atas dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Interaksi antara Pekerja dan Lingkungan Kerjanya
Tidak ada tindakan terhadap Lingkungan Kerja yang Berbahaya
`







Interaksi antara Pekerja dan Lingkungan Kerjanya
Tindakan Koreksi terhadap Lingkungan Kerja








Dari berbagai studi epidemiologis, di sampin penyakit-penyakit akibat kerja dipelajari pula berbagai faktor yang mengganggu kesehatan di tempat kerja yang kemudian berkontribusi terhadap timbulnya penyakit. Penyakit-penyakit tersebut disebut sebagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Occupational Related Disease), di mana pada penyakit yang di maksud, lingkungan kerja bukan sebagai penyebab langsung namun berperang sebagai faktor penyakit. Gangguan psikologis, hipertensi, kardiovaskuler, untuk lambung dan lain-lain sejenisnya merupkan contoh dari golongan penyakit tersebut.

2.6 Upaya Pengendalian Kesehatan Lingkungan Kerja
Untuk dapat mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya-bahaya di lingkungan kerja yang diperkirakan dapat menimbulkan penyakit kerja utamanya terhadap para pekerja, di tempuh tiga langkah utama yaitu pengenalan, evaluasi, dan pengendalian dari berbagai bahay dan resiko kerja.
1. Pengenalan Linkungan Kerja
Pengenalan dari berbagai bahaya dan resiko kesehatan di lingkungan kerja biasanya dilakukan pada waktu survey pendahuluan dengan cara melihat dan mengenal (walk-through survey) yang merupakan salah satu langkah dasar dan pertama-tamaharus dilakukan dalam upaya program kesehatan kerja. Beberapa di antara bahaya dan resiko tersebut dapat dengan mudah dikenali seperti masalah kebisingan disuatu tempat bilamana sebuah percakapan sulit untuk di dengar, atau masalah panas di sekitar tungku pembakaran atau peleburan yang dengan segera dapat kita rasakan.
Untuk dapat mengenal bahaya dan resiko di lingkungan kerja dengan baik dan tepat, sebelum dilakukan survey pendahuluan perlu di dapatkan segala informasi mengenai proses dan cara kerja yang digunakan, bahan baku,dan bahan tambahan lainnya. Hasil antara, hasil akhir, hasil sampingan serta limbah yang dihasilkan. Kemungkinan-kemungkinan terbentuk zat-zat kimia yang berbahaya secara tidak terduga perlu pula dipertimbangkan. Hal-hal lain yang harus diperhatikanpula yaitu efek-efek kesehatan dari semua bahay-bahaya di lingkungan kerja termasuk pula jumlah pekerja yang potensial terpapar sehingga langkah yang akan ditempuh pada evaluasi serta pengendaliannya dapat dilakukan sesuai dengan prioritas kenyataan/masalahyang ada.
2. Evaluasi Lingkungan Kerja
Evaluasi inij akan menguatkan dugaan adanya zat/bahan yang berbahaya di lingkungan kerja, menetapkan karakteristik-karakteristiknyaserta memberikan gambaran cakuapan besar dan luasnya pemaparan. Hal ini diperlukan sebagai dasar penetapan desain dan langkah pengendaliannya.
Selain dari pada penentuan tingkat bahaya zat di lingkungan kerja, perlu pula ditetapkan kondisi-kondisi pemaparan yang meliputi lama pemaparan. Setelah di dapatkan gambaran yang lengkap dan menyeluruh dari pemaparan, untuk kemudian dibandingakan dengan standar kesehatan kerja yang berlaku, maka penilaian dari bahaya/resiko yang sebenarnya terdapat dilingkungan kerja telah dicapai. Standar-standar kesehatan kerja tersebut dapat berupa ambang batas pemaparan yang ditetapkan melalui study intensif yang menghubungkan pemaparan dan efek-efek kesehatan terhadap manusia.
3. Pengendalian Lingkungan Kerja
Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemaparan terhadap zat/bahan yang berbahaya di lingkunagn kerja. Kedua tahapan yang sebelumnya, pengenalan kerja dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang sehat. Jadi hal ini hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang adekuat untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan di kalangan para pekerja.
Pada dasarnya pengendalian terhadap bahaya-bahaya lingkungan kerja dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu, pengendalian lingkungan dan pengendalian perorangan.
3.a Pengendalian Lingkungan
Pengendalian lingkungan meliputi perubahan dari proses kerja dan lingkungan kerja dengan maksud untuk pengendalian bahaya-bahaya kesehatan baik dengan meniadakan atau mengurangi zat/bahan tersebut sampai tingkat yang tidak membahayakan kesehatan, serta mencegah kontak antara zat/bahan dengan para pekerja.
Cara isolasi dapat digunakan terhadap zat-zat yang berbahaya untuk mencegah kontak dengan pekerja. Berbagai cara isolasi yang dapat digunakan antara lain : sistem tertutup untuk bahan-bahan kimia beracun, adanya dinding pemisah antara daerah yang berbahaya dan tidak, penutupan terhadap seluruh atau sebagaian dari proses-proses untuk mencegah kontaminasi terhadap udara ruang kerja.

3.b Pengendalian Perorangan
Penerapan cara-cara kerja yang baik yang meliputi desain prosedur kerja yang spesifik untuk mengurangi sebanyak mungkin penyebaran dan atau pemaparan terhadap zat/bahan yang berbahaya di lingkungan kerja, merupaka pendekatan yang tepat untuk melindungi para pekerja. Selaian itu penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif lain untuk melindungi pekerja dari bahaya-bahaya kesehatan. Namun perlu diperhatiakan bahwa alat pelindung perorangan harus sesuai dan adekuat untuk bahaya-bahaya tertentu, resisten terhadap kontaminan-kontaminan udara, dibersihkan dan dipelihara dengan baik serta sesuai untuk pekerja yang memakianya.
Kebersihan perorangan yang meliputi kebersihan diri dan pakaiannya, merupakan hal yang penting terutama untuk para pekerja yang dalam pekerjaanya berhubungan dengan bahan-bahan kimia serta partikel-partikel lain. Disamping itu terdapat hal-hal lain yang penting untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan para pekerja yaitu pemeriksaan kesehatan berkala termasuk pemantauan biologis dari penemuandini gangguan kesehatan, disamping pendidikan kesehatan untuk pekerja dan manajemen, serta penerapan prinsip-prinsip keselamatan dan ergonomik di lingkungan kerja.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Lingkungan kerja merupakan salah satu hal yang penting untuk mendukung jalannya proses pencapaian tujuan perusahaan.
2. Terdapat 8 faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja, yaitu: pewarnaan, penerangan, kebisingan, kebersihan, pertukaran udara, bau-bauan, temperatur dan musik.
3. Status kesehatan dari masyarakat pekerja tidak hanya dipengaruhi oleh bahaya-bahaya kesehatan di tempat kerja, tetapi juga oleh faktor gaya hidup (life style) seperti merokok, gizi, faktor genetik, dan lain-lain.
4. Lingkungan kerja yang tidak mendapatkan koreksi terhadap lingkungan kerja akan mengakibatkan pekerja mengalami penyakit akibat kerja.

3.2 Saran
1. Jika diketahui lingkungan kerja buruk maka harus segera dilakukan tindakan pengoreksian terhadap lingkungan kerja tersebut agar pekerja yang mengalami PAK tidak banyak.
2. Setiap pekerja harus dapat menjaga kebersihan dirinya sendiri karena dalam mejaga kesehatan lingkungan di tempat kerja tidak hanya pada pengendalian lingkungan saja melainkan juga pada pengendalian perorangan.


DAFTAR PUSTAKA

 http://library.usu.ac.id/download/ft/07002748.pdf, di akses tanggal 05 Mei 2010
 http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/eman/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-31403376-8326-princess_ceramic-chapter2.pdf, di akses tanggal 07 Mei 2010
 Wahya Atjo, Higiene Perusahaan, fakultas Kesehatan Masyarakat, April,2003
 http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=22&submit.y=26&submit=prev&page=2&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fhotl%2F2008%2Fjiunkpe-ns-s1-2008-33404022-9709-bakmi_gili-chapter2.pdf, di akses tanggal 08 Mei 2010
 Tarwaka, Bakri Solichul & Sudiajeng Lilik, Ergonomi Untuk Keselamatan,Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Uniba Press, Februari 2004

1 komentar:

Buat yang ingin komentar / hanya sekedar bercuap-cuap silahkan tuangkan pada kolom ini..