Yanha_ LuciyaN
6.14.2010
Curhat Q yg Pertama
ngak tahu tuh mau curhatx ke mana, so, corat-coret aja di blog gua nee...
Ternyata gini ya rasanya klo di tinggalkan ma orang yg kita sayangi (untungnya gue di tinggali hanya untuk sementara, bkan untuk selamanya).
Selama gue dan doi menjalin hubungan dia selalu ada untuk sy, kapanpun gue butuhin pasti dia sebisa mungkin untuk berikan waktu dan kemampuannya untuk nolongin gue... Tapi sekarang apa?? dia pergi meninggalkan gue, iya sih gue tau klo dia pergi untuk mencari masa depanx dengan gue(maksudx tuh dy pergi merantau tuk nyari kerja gitu biar klo dah dapat uang banyak dianya bisa lamar gue he...he..hee... asik khan??), aarrggghh,, tp gue harus nunggu dlu beberapa lama untuk bisa sama2 lg dgn dia, (jadi sedih lagi the) tapi udah gak papa the yang penting tujuannya ke sana tuh untuk masa depan gue dan dia gitu...
Sekarang gue baru sadar klo ternyata dia tuh orang yang pantas untuk jadi pendamping hidup gue... tahu knp??? karena saya merasa kayak dah sehati gitu, ya walaupun kadang2 msih g' sependapat sih tp kami berdua masih bisa kok nyari solusinya...
Kadang-kadang klo gue lihat pacar2 temen gue, trus gue lihat gi mana pengorbanannya sama pacarnya, ternyata pacarQ masih jauh lebih baik dari mereka (sory temen2 bukannya mau merendahkan tp ini kan cuma perasaan yang aku rasakan saja..)
dengan melihat hal-hal inilah yang membuat saya bener2 merasa kehilangan dia..
Sekarang nee dia dah jauh, selain perasaan sedih,rindu, perasaan cemburu juga ada, secara diakan jauh dari mataQ (tapi ttp dkt di hati loh), so aku gak bs ngeliat dia, trus gak bs ngeliat sapa2 aja yg ngedekatin dia, tapi pada intinya semuanya adalah "KEPERCAYAAN" asalkan qt percya ma dia, qt prcaya apa yang dia katakan, apa yang dia lakukan sya yakin semuanya akan baik2 saja.(tp, dgn syarat ada timbal balik dri dirix yaitu memegang dan menghormati kepercayaan yang kita berikan).
SayangQ...
baik-baik ya di sana,
saya doakan semoga kita di sana bisa mendapatkan apa yang kita inginkan,
saya yakin kita pasti bisa,
karena saya tahu klo kamu sangat sayang sama aku..
Dan saya harap jgn pernah kita selipkan perasaan yang lain di dalam hati kamu selain perasaan sayang kamu ke aku...
Udah dulu the nulisnya , dah ngantuk nih..
nnt klo da waktu lagi Q sempatin tuk nulis2 di blog tercintaQ ini..
See U..
6.05.2010
Higiene Perusahaan
Btw kali ini saya hanya ingin membagikan sedikit informasi tentang kesehatan lingkungan di tempat kerja.
Kesehatan Lingkungan biasanya di sebut juga higiene perusahaan. Higiene perusahaan merupakan salah satu faktor pendukung umtuk meningkatkan produktivitas suatu perusahaan. Mana mungkin para pekerja bisa bekerja secara maksimal jika lingkungan di mana di bekerja tidak mendukung, maksud pekerja tersebut merasa terganggu dengan keadaan lingkungan di sekitarnya.
Di bawah ini saya cantumkan sebuah makalah yang telah saya buat. makalah tersebut tentang Higiene Perusahaan.
Mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat buat teman-teman yang membutuhkan informasi tentang Higiene Perusahaan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan industri dewasa ini telah memberikan dampak positif bagi kekuatan ekonomi nasional yang ditandai dengan terus bertambahnya berbagai jenis industridengan berbagai macam produksinya. Kondisi ini secara otomatis membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan bagi para tenaga kerja dan keluarganya.
Sampai saat ini, jumlah angkatan kerja yang bekerjapada sektor-sektor industri baik industri pemerintah maupun swasta, sektor formal maupun informal, semakin bertambah seiring dengan perkembangan proses industrialisasi.
Akibat perkembangan industrialisasi, maka diperkirakan kedepan akan terdapat dua wilayah pola penyakit di Indonesia yang dapat mengenai tenaga kerja, yaitu penyakit infeksi yang memang akan terus ada dan penyakit non infeksiyang disebabkan oleh non-living organisme atau non-living contaminants seperti zat-zat kimia, debu, panas,logam-logam berat, tekanan mental, perilaku hidup tidak sehat, dan lain-lain.
Beberapa jenis penyakit non infeksi sebagai salah satu dampak industrialisasi antara lain : pneumokoniosis, penyakit kanker, penyakit kardiovaskuler, keracunan zat-zat kimia/logam berat, ketulian akibat bising, kecelakaan akibat kerja dan lain-lain. Semua dampak tersebut di atas dengan mudah dapat terjadi apabila upaya-upaya perlindungan terhadap tenaga kerja dan pembinaan/pengawasan lingkungan kerja tidak mendapatperhatian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Lingkungan Kerja?
2. Apa saja Faktor-Faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja?
3. Bagaimana Lingkungan kerja yang ada di tempat kerja?
4. Bagaimana perbedaan batasan antara higiene pers. & ilmu kesehatan kerja dengan ilmu kesmas?
5. Bagaimana hubungan antara pekerja, lingkungan kerja dan Penyakit akibat kerja?
6. Apa saja upaya pengendalian kesehatan lingkungan kerja?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi lingkungan kerja.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja.
3. Untuk mengetahui lingkungan kerja seperti apa yang ada di tempat kerja
4. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan batasan antara higiene perusahaan dan ilmu kesehatan masyarakat dengan ilmu kesmas.
5. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pekerja, lingkungan kerja, dan penyakit akibat kerja.
6. Untuk mengetahui bagaimana upaya pengendalian yang dilakukan pada kesehatan lingkungan kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Lingkungan Kerja
Pembangunan dan pengembangan memerlukan perubahan yang dinamis yang diharapkan berdampak positif. Salah satu aspek dalam mendukung pembangunan adalah terciptanya lingkungan kerja yang kondusif, dimana lingkungan kerja yang kondusif ialah faktor-faktor diluar manusia baik fisik maupun non fisikdalam suatu organisasi yang diharpakan membawa pengaruh bagi pembangunan.
Lingkungan kerja memiliki beberapa definisi yang dikemukan oleh beberpa pakar, diantaranya yaitu ;
Suma’mur (1986)
Menurutnya pembentukan lingkungan kerja yang terkait dengan kemampuan manusia dan produktivitas kerja di pengaruhi oleh faktor fisik, kimia, biologis, fisiologis, mental dan sosial ekonomi.
Nitisemito (1996)
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang di bebankan.
Sihombing (2001)
Lingkungan kerja adalah faktor-faktor diluar manusia baik fisik maupun non fisik dalam suatu organisasi.
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan salah satu hal yang penting untuk mendukung jalannya proses pencapaian tujuan perusahaan. Jika keadaan lingkungan kerja di sekitar karyawan kurang baik maka hal tersebut akan membuat karyawan tidak dapat melaksanakan segala pekerjaannya secara optimal.
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja di tempat kerja, yaitu;
1. Pewarnaan
Warna ruang atau kantor yang serasi dapat meningkatkan produksi, meningkatkan moral kerja, dan menurunkan terjadinya kesalahan kerja, misalnya sebagai contoh, warna dinding yang putih dapat merefleksikan ruang kerja yang lebih terang dan cocok untuk ruangan yang sempit, sehingga ruangan tersebut dirasakan seolah-olah menjadi lebih luas.
Menurut Sedarmayanti, menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang perasan amnusia.
Di bawah ini terdapat daftar beberapa warna yang dapat mempengaruhi perasaan manusia.
warna Sifat Pengaruh Untuk Ruang/Kerja
1. Merah Dinamis, Merangsang dan Panas Menimbulkan semangat kerja Pekerjaan sepintas (singkat)
2. Kuning Keanggunan, bebas dan hangat Menimbulkan rasa gembira dan merangsang urat syaraf mata Gang-gang jalan, Lorong
3. Biru Tenang, tentram dan Sejuk Mengurangi tekanan atau Ketegangan Berfikir, Konsentrasi
Selain warna merangsang emosi atau perasaan, warna dapat memantulkan sinar yang diterimanya. Banyak atau sedikitnya pantulan dari cahaya tergantung dari macam warna itu sendiri.
Sebenarnya maslah pewarnaan tidak hanya pada pewarnaan dindingnya saja melainkan lebih luas lagi misalnya pewarnaan mesin-mesin, pewarnaan peralatan, bahkan pewarnaan seragam kerja juga perlu diperhatikan. Warna juga mempunyai efek pada keadaan psikologis seorang pekerja, yakni dapat memotivasi karyawan dalam bekerja, itulah sebabnya pemakaian warna perlu disesuaikan dengan jenis pekerjaannya.
2. Penerangan
Penerangan memiliki manfaat yang sangat besar bagi karyawan yaitu untuk proses kelancaran kerja, karena penerangan (cahaya) yang kurang cukup terang dapat mengganggu penglihatankaryawan manjadi tidak jelas pada saat bekerja. Sehingga pekerjaan mereka akan menjadi terhambat, banyak mengalami kesalahan, serta menjadi kurang efisien di dalam melaksanakan dan menjalankan pekerjaan-pekerjaan tersebut dan pada akhirnya tujuan perusahaan yang diharapkan akan sulit untuk dicapai. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang cukup terang dan tidak menyilaukan mata.
Pada dasarnya, penerangan (cahaya) dapat diperoleh berdasarkan ;
a. Cahaya alam yang berasal dari sinar matahari,
b. Cahaya buatan berupa lampu.
3. Kebisingan
Kebisingan yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Maksud tidak dikehendaki di sini yaitu karena dengan adanya kebisingan maka konsentrasi dalam bekerja akan terganggu, sehingga pekerjaan yang dilakukan akan mengalami banyak kesalahan atau rusak.
Dengan demikian dalam jangka waktu yang panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dapat terjadi kesalahan dalam berkomunikasi dan akan berpengaruh pada emosi karyawan yang bila tidak diantisipasi maka akan timbul stres kerja. Dalam melakukan pekerjaan sangat dibutuhkan konsentrasi, maka sebaiknya ruang kerja dihindarkan dari segala sesuatu yang dapat menimbulkan kebisingan. Sumber kebisngan dapa berasal dari dalam kantor/industri maupun dari luar kantor.
4. Kebersihan
Kebersihan lingkungan kerja sangat perlu diperhatikan, karena lingkungan kerja yang bersih akan menimbulkan rasa nyaman dan semangat kerja yang tinggi bagi karyawan. Suatu perusahaan yang baik akan memperhatikan hal ini, karena ketika karyawan sedang bekerja dan membutuhkan konsentrasi tinggi, akan sangat sulit jika keadaan ruangan kerja kotor atau berantakan. Oleh karena itu perlu diperhatikan kebersihan dalam lingkungan kerja,
5. Pertukaran Udara
Pertukaran udara yang baik akan menyehatkan badan dan menimbulkan kesegaran, sehingga dapat menimbulkan semangat kerja seseorang.
Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
6. Bau-Bauan
Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, dan bau-bauan yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang menggannggu di sekitar tempat kerja.
7. Temperatur
Menurut hasil penelitian,untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi pengaruh yang berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap pegawai karena kemampuan beradaptasi tiap pegawai berbeda.
Temperatur dan kelembaban dapat mempengaruhi semangat kerja, kondisi fisik dan emosi. Temperatur antara 730F- 770F cocok untuk ruang kerja dengan kelembaban antara 25% hingga 50%. Temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat mempengaruhi kondisi fisik dan emosi karyawan.
8. Musik
Penggunaan musik pada jam kerja ternyata berpengaruh positif terhadap semangat kerja dan peningkatan produksi. Bahkan penggunaan musik pun dapat menurunkan tingkat absensi dan mengurangi kelelahan dalam bekerja. Keefektifan musik yang digunakan dalam jam kerja, bergantung pada jenis musik yang dimainkan. Oleh karena itu, penggunaan musik kerja perlu disesuaikan dengan kesukaan karyawan dan kondisi ruang kerja.
2.3 Lingkungan Kerja di Tempat kerja
Lingkungan kerja yang sering ditemukan ditempat kerja adalah;
Lingkungan Fisik ; suhu,ekosistem tekanan udara, noise, penerangan, getaran, dan radiasi
Lingkungan Kimia ; Debu, uap, gas, larutan kimia, fume, mist/kabut, awan, dsb.
Lingkungan Biologi ; virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing, serangga, dll.
Lingkungan Fisiologis ; Kesalahan kontruksi, tataletak mesin, sikap badan yang kurang baik sehingga menyebabkan kelelahan atau kecelakaan kerja
Lingkungan Mental psikologis : kondisi yang membosankan, hubungan kerja yang tidak baik sehingga menimbulkan gangguan psikis (gangguan emosional, batin, atau neorosis), faktor kepemimpinan yang tidak baik, kondisi materil dan psikologis kerja yang kurang baik, lingkungan sosial yang tidak baik, (kurang baiknya hubungan antara atasan dengan bawahan, atau kurang baiknya hubungan sesama tenaga kerja).
Lingkungan tersebut di atas dapat menjadi Hazardous atau sumber bahaya yang mengakibatkan penyakit akibat kerja serta kecelakaan di tempat kerja. Pekerjaan atau lingkungan kerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, hal ini baru dpat dicegah dan ditingkatkan bila upaya kesehatan lingkungan kerja/higiene perusahaan dapat diintensifkan di dalam tempat kerja.
2.4 Perbedaan Batasan Antara Higiene Perusahaan dan Ilmu Kesehatan Kerja Dengan ilmu Kesmas
Higiene perusahaan dan kesehatan kerja sebagai satu kesatuan spesialisasi dalam ilmu kesehatan masyarakat. Ilmu kesehatan kerja merupakan ilmu yang sangat luas sehingga berbagai keahlian dari berbagai aspek pengetahuan terlibat di dalamnya.
Kerjasama yang erat dalam berbagai disiplin tersebut merupakan hal yang penting. Namun demikian perlu diketahui bahwa kesehatan kerja merupakan cabang dalam ilmu kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk masyarakat pekerja. Antara kesehatan masyarakat dan kesehatan kerja terdapat kesamaan yaitu, keduanya mempelajari masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan manusia serta lingkungan fisik, biologi, kimia dan sosial secara umum. Namun perbedaannya terletak pada kesehatan kerja mempelajari manusia dalam hubungannya dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik fisik maupun mental, sedangkan kesehatan masyarakat mempelajari manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya di luar tempat kerja, serta mempelajari semua faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan, metode kerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja, yang mungkin dapat menyebabkan penyakit kecelakaan atau gangguan kesehatan lainnyan, misalnay bahaya-bahaya kimia dan fisik seperti infeksi dari debu, uap asam, gas-gas yang terhirup, penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bahan-bahan perangsang, kesakitan akibat bising, silikasi akibat terhirup dan tersiram bahaya debu silika bebas (SiO2) dalam paru-paru, kecelakaan akibat kerja yang terlalu lama dan lain-lain.
Secara garis besar perbedaan antara ilmi higiene perusahaan dan kesehatan kerja dengan ilmu kesehatan masyarakat adalah :
Higiene Perusahaan& Kesehatan Kerja Ilmu Kesehatan Masyarakat
• Kesehatan Masyarakat tenaga kerja merupakan tujuan utama
• Yang diurusi biasanya tenaga kerja yang mudah didekati
• Ditandai dengan sangat efektifnya pemeriksaan kesehatan (Pemeriksaan kesehatan awal, berkala, & khusus)
• Yang dihadapi adalah lingkungan kerja sebagi sumber bahaya
• Terutama berujuan peningkatan produktivitas
• Dibiayai oleh perusahaan atau masyarakat tenaga kerja
• Perkembangan sangat pesat sesudah revolusi industri
• Perundang-undangan berada dalam ruang lingkup ketenagakerjaan • Kesehatan Masyarakat sebagai sasaran utama
• Mengurusi masyarakat yang kurang mudah didekati
• Sulit melaksanakan pemeriksaan kesehatan
• Lingkungan umum merupaka suatu problema pokok
• Tujuan utamanya adalah kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sedangkan aspek produktivitas hanya menonjol apabila terjadi wabah
• Perkembangan sangat cepat setelah kemajuan di bidang ilmu jasad-jasad renik
• Perundang-undangan termasuk dalam ilmu kesehatan.
Perlu diingat pula bahwa gangguan kesehatan pada manusia dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan dari masyarakat pekerja tidak hanya dipengaruhi oleh bahaya-bahaya kesehatan di tempat kerja, tetapi juga oleh faktor gaya hidup (life style) seperti merokok, gizi, faktor genetik, dan lain-lain.
Hubungan dan interaksi antara faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada diagram berikut ini :
2.5 Hubungan Antara Pekerja, Lingkungan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja.
Penyakit akibat yang berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemaparan terhadap lingkungan kerja. Walaupun bahaya dari faktor-faktor atau agen-agen lingkungan tertentu sudah diketahui sejak berabad-abad yang lalu, namun masih banyak pula yang belum dapat sepenuhya dikendalikan di tempat kerja sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia, upaya-upaya untuk melakukan evaluasi dan pengendalian di tempat kerja, termasuk bahaya-bahaya kerja yang efeknya sudah jelas diketahui sering kali kurang dapat perhatian.
Deasa ini terdapat kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk mencegah, dan juga masih terdapat pendapat yang sesat bahwa dengan mendiagnosis secara benar penyakit-penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja, sudah membuat situasi terkendalikan. Walaupun merupakan langkah yang penting namun hal ini bukan memecahkan masalah yang sebenarnya. Pendekatan tersebut tetap membiarkan linkungan kerja tidak berubah, dengan demikian kondisi untuk menimbulkan gangguan kesehatan yang tidak diinginkan juga tidak berubah.
Hanya dengan diagnosis dan pengobatan atau penyembuhan dari lingkungan kerja yang ada dalam hal ini disetarakan berturut-turut dengan pengenalan/evaluasi dan pengendalian efektif dari bahaya-bahaya kesehatan yang ada, dapat membuat lingkungan kerja yang sebelumnya tidak sehat menjadi sehat.
Interaksi antara manusia pekerja dan lingkungan kerjanya tersebut di atas dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Interaksi antara Pekerja dan Lingkungan Kerjanya
Tidak ada tindakan terhadap Lingkungan Kerja yang Berbahaya
`
Interaksi antara Pekerja dan Lingkungan Kerjanya
Tindakan Koreksi terhadap Lingkungan Kerja
Dari berbagai studi epidemiologis, di sampin penyakit-penyakit akibat kerja dipelajari pula berbagai faktor yang mengganggu kesehatan di tempat kerja yang kemudian berkontribusi terhadap timbulnya penyakit. Penyakit-penyakit tersebut disebut sebagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Occupational Related Disease), di mana pada penyakit yang di maksud, lingkungan kerja bukan sebagai penyebab langsung namun berperang sebagai faktor penyakit. Gangguan psikologis, hipertensi, kardiovaskuler, untuk lambung dan lain-lain sejenisnya merupkan contoh dari golongan penyakit tersebut.
2.6 Upaya Pengendalian Kesehatan Lingkungan Kerja
Untuk dapat mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya-bahaya di lingkungan kerja yang diperkirakan dapat menimbulkan penyakit kerja utamanya terhadap para pekerja, di tempuh tiga langkah utama yaitu pengenalan, evaluasi, dan pengendalian dari berbagai bahay dan resiko kerja.
1. Pengenalan Linkungan Kerja
Pengenalan dari berbagai bahaya dan resiko kesehatan di lingkungan kerja biasanya dilakukan pada waktu survey pendahuluan dengan cara melihat dan mengenal (walk-through survey) yang merupakan salah satu langkah dasar dan pertama-tamaharus dilakukan dalam upaya program kesehatan kerja. Beberapa di antara bahaya dan resiko tersebut dapat dengan mudah dikenali seperti masalah kebisingan disuatu tempat bilamana sebuah percakapan sulit untuk di dengar, atau masalah panas di sekitar tungku pembakaran atau peleburan yang dengan segera dapat kita rasakan.
Untuk dapat mengenal bahaya dan resiko di lingkungan kerja dengan baik dan tepat, sebelum dilakukan survey pendahuluan perlu di dapatkan segala informasi mengenai proses dan cara kerja yang digunakan, bahan baku,dan bahan tambahan lainnya. Hasil antara, hasil akhir, hasil sampingan serta limbah yang dihasilkan. Kemungkinan-kemungkinan terbentuk zat-zat kimia yang berbahaya secara tidak terduga perlu pula dipertimbangkan. Hal-hal lain yang harus diperhatikanpula yaitu efek-efek kesehatan dari semua bahay-bahaya di lingkungan kerja termasuk pula jumlah pekerja yang potensial terpapar sehingga langkah yang akan ditempuh pada evaluasi serta pengendaliannya dapat dilakukan sesuai dengan prioritas kenyataan/masalahyang ada.
2. Evaluasi Lingkungan Kerja
Evaluasi inij akan menguatkan dugaan adanya zat/bahan yang berbahaya di lingkungan kerja, menetapkan karakteristik-karakteristiknyaserta memberikan gambaran cakuapan besar dan luasnya pemaparan. Hal ini diperlukan sebagai dasar penetapan desain dan langkah pengendaliannya.
Selain dari pada penentuan tingkat bahaya zat di lingkungan kerja, perlu pula ditetapkan kondisi-kondisi pemaparan yang meliputi lama pemaparan. Setelah di dapatkan gambaran yang lengkap dan menyeluruh dari pemaparan, untuk kemudian dibandingakan dengan standar kesehatan kerja yang berlaku, maka penilaian dari bahaya/resiko yang sebenarnya terdapat dilingkungan kerja telah dicapai. Standar-standar kesehatan kerja tersebut dapat berupa ambang batas pemaparan yang ditetapkan melalui study intensif yang menghubungkan pemaparan dan efek-efek kesehatan terhadap manusia.
3. Pengendalian Lingkungan Kerja
Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemaparan terhadap zat/bahan yang berbahaya di lingkunagn kerja. Kedua tahapan yang sebelumnya, pengenalan kerja dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang sehat. Jadi hal ini hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang adekuat untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan di kalangan para pekerja.
Pada dasarnya pengendalian terhadap bahaya-bahaya lingkungan kerja dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu, pengendalian lingkungan dan pengendalian perorangan.
3.a Pengendalian Lingkungan
Pengendalian lingkungan meliputi perubahan dari proses kerja dan lingkungan kerja dengan maksud untuk pengendalian bahaya-bahaya kesehatan baik dengan meniadakan atau mengurangi zat/bahan tersebut sampai tingkat yang tidak membahayakan kesehatan, serta mencegah kontak antara zat/bahan dengan para pekerja.
Cara isolasi dapat digunakan terhadap zat-zat yang berbahaya untuk mencegah kontak dengan pekerja. Berbagai cara isolasi yang dapat digunakan antara lain : sistem tertutup untuk bahan-bahan kimia beracun, adanya dinding pemisah antara daerah yang berbahaya dan tidak, penutupan terhadap seluruh atau sebagaian dari proses-proses untuk mencegah kontaminasi terhadap udara ruang kerja.
3.b Pengendalian Perorangan
Penerapan cara-cara kerja yang baik yang meliputi desain prosedur kerja yang spesifik untuk mengurangi sebanyak mungkin penyebaran dan atau pemaparan terhadap zat/bahan yang berbahaya di lingkungan kerja, merupaka pendekatan yang tepat untuk melindungi para pekerja. Selaian itu penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif lain untuk melindungi pekerja dari bahaya-bahaya kesehatan. Namun perlu diperhatiakan bahwa alat pelindung perorangan harus sesuai dan adekuat untuk bahaya-bahaya tertentu, resisten terhadap kontaminan-kontaminan udara, dibersihkan dan dipelihara dengan baik serta sesuai untuk pekerja yang memakianya.
Kebersihan perorangan yang meliputi kebersihan diri dan pakaiannya, merupakan hal yang penting terutama untuk para pekerja yang dalam pekerjaanya berhubungan dengan bahan-bahan kimia serta partikel-partikel lain. Disamping itu terdapat hal-hal lain yang penting untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan para pekerja yaitu pemeriksaan kesehatan berkala termasuk pemantauan biologis dari penemuandini gangguan kesehatan, disamping pendidikan kesehatan untuk pekerja dan manajemen, serta penerapan prinsip-prinsip keselamatan dan ergonomik di lingkungan kerja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Lingkungan kerja merupakan salah satu hal yang penting untuk mendukung jalannya proses pencapaian tujuan perusahaan.
2. Terdapat 8 faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja, yaitu: pewarnaan, penerangan, kebisingan, kebersihan, pertukaran udara, bau-bauan, temperatur dan musik.
3. Status kesehatan dari masyarakat pekerja tidak hanya dipengaruhi oleh bahaya-bahaya kesehatan di tempat kerja, tetapi juga oleh faktor gaya hidup (life style) seperti merokok, gizi, faktor genetik, dan lain-lain.
4. Lingkungan kerja yang tidak mendapatkan koreksi terhadap lingkungan kerja akan mengakibatkan pekerja mengalami penyakit akibat kerja.
3.2 Saran
1. Jika diketahui lingkungan kerja buruk maka harus segera dilakukan tindakan pengoreksian terhadap lingkungan kerja tersebut agar pekerja yang mengalami PAK tidak banyak.
2. Setiap pekerja harus dapat menjaga kebersihan dirinya sendiri karena dalam mejaga kesehatan lingkungan di tempat kerja tidak hanya pada pengendalian lingkungan saja melainkan juga pada pengendalian perorangan.
DAFTAR PUSTAKA
http://library.usu.ac.id/download/ft/07002748.pdf, di akses tanggal 05 Mei 2010
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/eman/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-31403376-8326-princess_ceramic-chapter2.pdf, di akses tanggal 07 Mei 2010
Wahya Atjo, Higiene Perusahaan, fakultas Kesehatan Masyarakat, April,2003
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=22&submit.y=26&submit=prev&page=2&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fhotl%2F2008%2Fjiunkpe-ns-s1-2008-33404022-9709-bakmi_gili-chapter2.pdf, di akses tanggal 08 Mei 2010
Tarwaka, Bakri Solichul & Sudiajeng Lilik, Ergonomi Untuk Keselamatan,Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Uniba Press, Februari 2004
1.30.2010
1 Ibu 2 Ayah
ANKARA, - Seorang pria Turki memutuskan untuk menceraikan istrinya setelah tes DNA menunjukkan bahwa dia adalah ayah dari salah seorang anak kembar laki-laki, demikian dilaporkan dalam jurnal-sirkulasi koran Sabah, Jumat (29/1/2010).
Pria yang diidentifikasi berinisial AK ini curiga, istrinya menjalin hubungan mesum dengan pria lain yang berprofesi sebagai sekuriti di Istanbul.
Berdasarkan tes DNA yang dilakukan dalam waktu tiga tahun. Dan tingkat akurasi tes ini adalah 99,99 persen, menyebutkan AK adalah ayah dari salah satu anak laki-laki kembar.
Menurut koran Sabah, hasil tes DNA tersebut telah dikonfirmasi oleh lembaga kedokteran forensik atas permintaan pengadilan dalam penanganan kasus perceraian ini.
Wanita, Ibu anak kembar tersebut yang diidentifikasi berinisial CK mengaku sebelum menikahi AK, dia tetap mempertahankan hubungannya dengan kekasihnya yang sekuriti tersebut.
“Sebelum dipaksa menikah dengan AK, wanita ini telah menjalin hubungan badan dengan kekasihnya. Dan hubungan ini terus dipertahankan meski telah menikah,” kata suratkabar itu.
Fenomena kembar dengan ayah yang berbeda – dalam istilah kedokteran dikenal sebagai superfecundation dari heteropaternal, sangat jarang terjadi pada manusia. Kasus seperti ini paling sering terjadi pada binatang seperti kucing dan anjing.
“Namun, kasus ini bisa menjadi mungkin, apabila dalam sebuah siklus menstruasi yang langka, seorang wanita menghasilkan dua sel telur dan pada saat yang sama dibuahi oleh sperma yang berasal dari dua pria yang berbeda dalam waktu yang pendek. Kondisi ini bisa menyebabkan kehamilan kembar, dengan masing-masing telur membawa genetik yang berbeda,” kata Rusen Aytac profesor, kepala departemen ginekologi di Fakultas Kedokteran Universitas Ankara.
Namun, AK tetap mengakui salah satu dari anak kembar tersebut sebagai anaknya. Tapi, ia menolak anak yang satunya. Kasus ini berhasil diselesai oleh departemen sosial Turki.
“Atas ulah CK, keluarga suaminya telah mengirim ancaman akan membunuh wanita cantik ini. Sehingga pihak pengadilan memutuskan keluarga suaminya tidak dizinkan mendekati wanita ini dalam jarak 500 meter, demi keselamatannya,” kata koran Sabah.(KOMPAS.com)
1.29.2010
PERUT PEREMPUAN BERISI 78 SENDOK DAN GARPU
PERUT PEREMPUAN BERISI 78 SENDOK DAN GARPU
ROTTERDAM - Margaret Daalman datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit perut. Dokter tercengang saat hasil pindaian memperlihatkan ada 78 sendok dan garpu dalam perut perempuan ini.
Para ahli bedah di Rotterdam, Belanda, pun segera membawa perempuan berusia 52 tahun itu ke meja operasi untuk mengeluarkan satu demi satu, sekitar satu lusin peralatan makan yang terjebak dalam perut perempuan itu. “Dia tampaknya menderita semacam obsesi. Setiap kali dia duduk untuk menyantap makanan, dia mengabaikan makanan, dan malah menelan alat-alat makan,” kata seorang dokter.
Gambar-gambar mencengangkan tentang pembedahan Daalman itu sesungguhnya diambil lebih dari 30 tahun lalu, tetapi baru diterbitkan untuk pertama kali dalam majalah medis Belanda minggu ini. Majalah itu meminta para pembacanya untuk mengirimkan gambar-gambar tentang kisah medis yang aneh. Seorang dokter dari sebuah rumah sakit di Sittard, Belanda, lalu mengirim kisah tentang si Daalman itu.
Ketika masuk untuk proses pembedahan, Daalman, seorang sekretaris di sebuah agen properti lokal, bilang kepada para dokter, “Saya tidak bisa menjelaskan mengapa, tetapi saya merasakan desakan untuk memakan sendok dan garpu itu. Saya tidak bisa menahan diri.”
Para dokter juga mengungkapkan, itu bukan pertama kalinya dia dirawat karena makan peralatan makan. Mereka mengatakan, Daalman didiagnosis menderita kelainan kepribadian yang mendorongnya untuk makan garpu dan sendok. Dia tidak pernah makan pisau, dan tidak dapat dijelaskan pula, mengapa dia tidak makan pisau.
Memakan benda-benda asing tergolong kelainan yang jarang. Kadang-kadang, ada orang yang kencanduan dan memakan benda-benda yang bukan makanan atau jumlah yang tidak biasa atau pilihan komoditas makanan tertentu. Fenomena semacam itu dianggap sebagai sebentuk penyiksaan diri. Sulit bagi dokter untuk membuat diagnosis—tidak seperti pasien penyiksaan diri yang membakar atau memutilasi diri mereka— karena kerusakannya tidak selalu jelas.
Juga, hampir tidak mungkin untuk mencegah akses ke semua obyek potensial yang bisa dimakan. Hal itu menyebabkan perilaku tersebut sulit dihentikan tanpa bantuan seorang dokter penyakit jiwa.
Para dokter di Rotterdam mengatakan, mereka belum pernah mendengar kasus seseorang mengonsumsi obyek asing sebanyak yang dialami Daalman.
1.19.2010
Makalah Obesitas
1.1 Latar Belakang
(overweight) dan obesitas.
Berbagai upaya untuk melangsingkan tubuh telah banyak dilakukan diantaranya dengan pengaturan makanan, merubah gaya hidup, pemberian obat dan pembedahan untuk mengurangi lemak atau mengangkat sebagian usus.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi obesitas?
2. Apa saja tipe-tipe obesitas?
3. Apa gejala-gejala timbulnya obesitas?
4. Apa penyebab timbulnya obesitas?
5. Bagaimana cara pengukuran obesitas?
6. Bagaimana mekanisme terjadinya Obesitas?
7. Penyakit-penyakit apa saja yang timbul akibat obesitas?
8. Bagaimana cara penanggulangan penyakit obesitas?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari obesitas.
2. Untuk mengetahui apa-apa saja gejala timbul obesitas.
3. Untuk mengetahui penyebab timbulnya obesitas
4. Untuk mengetahui Penyakit-penyakit apa saja yang timbul akibat obesitas?
5. Untuk mengetahui cara pencegahan dan pengobatan penyakit obesitas.
BAB II PEMBAHASASAN
2.1 Pengertian Obesitas
Para dokter-dokter memiliki definisi tersendiri tentang obesitas, di antaranya yaitu:
- Suatu kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan
- Suatu penyakit kronik yang dapat diobati
- Suatu penyakit epidemik (mewabah)
- Suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan dapat menurunkan kualitas hidup
- Penanganan obesitas membutuhkan biaya perawatan yang sangat tinggi
Tipe pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu Tipe obesitas berdasarkan bentuk tubuh dan Tipe obesitas berdasarkan keadaan sel lemak.
2.2.1 Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh.
a. Obesitas tipe buah apel (Apple Shape)
Type seperti ini biasanya terdapat pada pria. dimana lemak tertumpuk di sekitar perut. Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe buah pear (Gynoid),
b. Obesitas tipe buah pear (Gynoid)
Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang ada disimpan di sekitar pinggul dan bokong. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil.
c. Tipe Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik.
2.2.2 Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak
a. Obesitas Tipe Hyperplastik
Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan normal.
b. Obesitas Tipe Hypertropik
Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan keadaan normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.
c. Obesitas Tipe Hyperplastik Dan Hypertropik
Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik.
2.3 Gejala-Gejala Terjadinya Obesitas
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.
Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
2.4 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Obesitas
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas.
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor :
a. Faktor Makanan
Jika seseorang mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi sesuai yang dibutuhkan tubuh, maka tidak ada energi yang disimpan.sebaliknya jika mengkonsumsi makanan dengan energi melebihi yang dibutuhkan tubuh, maka kelebihan energi akan disimpan, Sebagai cadangan energi terutama sebagai lemak seperti telah diuraikan diatas.
b. Faktor Keturunan
Penelitian pada manusia maupun hewan menunjukan bahwa obesitas terjadi karena faktor interaksi gen dan lingkungan.
c. Faktor Hormon
Menurunya hormon tyroid dalam tubuh akibat menurunya fungsi kelenjar tyroid akan mempengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan energi akan berkurang.
d. Faktor Psikologis
Pada beberapa individu akan makan lebih banyak dari biasa bila merasa diperlukan suatu kebutuhan khusus untuk keamanan emosional (security food).
e. Gaya Hidup (Life Style) yang Kurang Tepat
Kemajuan sosial ekonomi, teknologi dan informasi yang global telah menyebabkan perubahan gaya hidup yang meliputi pola pikir dan sikap, yang terlihat dari pola kebiasaan makan dan beraktifitas fisik.
f. Pemakaian Obat-Obatan
Efek samping beberapa obat dapat menyebabkan meningkatnya berat badan, misalnya obat kontrasepsi.
2.5 Cara Pengukuran Tingkat Obesitas
A. Pengukuran Secara Antropometrik
1. Body Mass Index (BMI)
Body Mass Index (BMI) adalah sebuah ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight (kekurangan berat badan), Overweight (kelebihan berat badan) dan Obesitas (kegemukan). Rumus atau cara menghitung BMI, yaitu
2. RLPP (rasio lingkar pinggang dan pinggul)
Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan cara lain, yaitu dengan mengukur rasio lingkar pinggang dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP).
Rumus yang digunakan cukup sederhana yaitu :
Sebagai patokan, pinggang berukuran ≥ 90 cm merupakan tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita risiko tersebut meningkat bila lingkar pinggang berukuran ≥ 80 cm. Jadi “Jangan hanya menghitung tinggi badan, berat badan dan IMT saja, lebih baik jika disertai dengan mengukur lingkar pinggang”.
3. Indeks BROCCA
Salah satu cara lain untuk mengukur obesitas adalah dengan menggunakan indeks Brocca, dengan rumus sebagai berikut:
Bila hasilnya :
90-110% = Berat badan normal
110-120% = Kelebihan berat badan (Overweight)
> 120% = Kegemukan (Obesitas)
B. Pengukuran Secara Laboratorik
1. BOD POD
2. DEXA (dual energy X-ray absorptiometry)
3. Bioelectric Impedance Analysis (analisa tahanan bioelektrik)
2.6 Mekanisme Terjadinya Obesitas
Obesitas terjadi karena energi intake lebih besar dari energi expenditure. Apapun penyebabnya, yang menjadikan seseorang obesitas pada dasarnya adalah energi intake atau masukan yang didapat dari makanan atau lainnya lebih besar dibandingkan energi expenditure atau energi yang dikeluarkan.
2.7 Dampak yang Timbul Akibat Obesitas
Obesitas juga dapat meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:
- Penyakit Jantung Koroner
- Tekanan Darah Tinggi
- Diabetes Melitus (tipe 2)
- Gangguan Pernapasan
- Stroke
2.8 Cara-Cara Penanggulangan Obesitas.
Dalam penanggulangan penyakit obesitas dapat dilakukan dengan cara-cara berikut ini :
1. Merubah Gaya Hidup
2. Konsultasi Masalah Kejiwaan
3. Pemberian Obat-Obatan
Ada dua obat resep yang sudah di izinkan oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan jangka panjang obesitas. Yaitu;
· Sibutramine.
· Orlistat (Xenical).
4. Pembedahan
3.1 Kesimpulan
Faktor-faktor penyebab obesitas adalah faktor genetik, hormon, makanan, pola makan (gaya hidup), phisikologis dan pemakaian obat-obatan. Adapun faktor yang paling berpengaruh adalah pola makan (gaya hidup). Gaya hidup yang salah akan memperparah tingkat obesitas.
Obesitas dengan BMI > 40 dapat diatasi dengan pembedahan sedangkan obesitas yang tidak terlalu parah dapat diatasi dengan cara hidup yang sehat dan seimbang.
3.2 Saran
Bagi penderita obesitas disarankan untuk bisa memilih makanan yang baik dan sehat serta sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Selain itu disarankan pula melakukan exercise dengan prinsip FIT (frequency, intensity and time).
Bagi penderita super obesitas disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui treatment (jenis bedah atau terapi) apa yang dibutuhkan dan cocok untuk keadaannya.
§ www.google.co.id/adul2008’sblog/
§ www.wikipedia.com/
§ Steven B, Halls. 2003. Relationship Between The Body Mass Index and Body Compotition. Article : Review and Comment (last edited 10 November, 2003), Copyright.
§ www.google.co.id/klinikdr.rocky/
§ Manuaba, I.A. 2004. Dampak Buruk Obesitas.http://www.balipost.co.id/balipost/2004/3/7/cez.htm.
§ Katahn, Martin. 1987. Program 28 Hari Tanpa Diet. Semarang : Dahara prize.
§ http://gizi.net./cgi-bin
§ Efendy,Y.H 1992. Tinjauan Sekilas Tentang Obesitas. Jurnal Jurusan Gizi dan Masyarakat dan Sumber Daya Masyarakat, Vol. 1, No.1, Bogor : Institute Pertanian Bogor
§ Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologis ; Depok; Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.